Pages

Senin, 14 Februari 2011

Asal muasal kata Gaul Berserta Sejarah dan Contohnya

Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.

Kita pasti sering mendengar istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan sebagainya. Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, ya kita sih senang-senang saja menggunakan kosakata barn yang enggak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Paling- paling guru bahasa Indonesia atau orangtua kita saja yang agak risi kalau kebetulan mereka mendengarnya.

Seharusnya mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman sekarang. Toh di saat mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya, bahasa gaul enggak hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap".

Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan.

Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.

Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.

Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bisa dibilang kosakata baru.

Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an. Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.

Ada rumusnya

Ada banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat beberapa metode atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata.

- Tambahan awalan ko.

Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi menjadi okem.

Contoh lainnya:
Mati - komat (ko+mat) - mokat
Bini - kobin (ko+bin) - bokin
Beli - kobel (ko+bel) - bokel
Bisa - kobis (ko+bis) - bokis

Dengan metode yang sama, waria di Jawa Timer mengganti awalan ko dengan si

- Kombinasi e + ong

Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua digani ong.

Contoh lain:

Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong

Ada juga waria yang kemudian nengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan katanya

Banci - bences
Laki - lekes

Tambahan sisipan Pa/pi/pu

Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya.

Contoh:

Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang

Bahasa gaul dengan bentukan kata macam ini rasanya merepotkan. Memang sih sebagai bahasa sandi atau bahasa rahasia mungkin cukup ampuh. Tapi enggak praktis. Bayangkan saja sebuah kata yang tadinya terdiri dari dua suku kata jadi empat suku kata. Jadi terlalu panjang mengucapkannya.

- Sisipan in

Pernah dengar istilah lines? Lines itu artinya 'lesbi'. Rumusnya, setiap suku kata pertama disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi 1(in)es b(in)I = linesbini. Biar gampang sering disingkat jadi lines saja.

Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o - hinomino

Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga bentukan kata yang enggak beraturan, jadi enggak bisa dibikin rumusnya. Misalnya kata cabut yang kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan, menghubung-hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut. Contoh lainnya kata kece untuk cantik. Coba deh dikutak- katik, siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.

Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini kayaknya cenderung ke arah yang enggak beraturan itu atau dengan menyingkat kata

Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR, pamer paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya. Enggak ada macan tutul di MPR dan enggak ada cewek-cewek pakai rok mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat tersebut: "macet total di depan Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".

Masuk KBBI

Bahasa gaul rupanya enggak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga menarik untuk diseminarkan. Buktinya kira-kira setahun yang lalu pernah digelar acara diskusi "Bahasa Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman Remy Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono.

Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang akan diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa Depdiknas pun akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti akan ada dua versi KBBI. Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah gaul. Kayaknya rencana Pusat Bahasa mencantumkan istilah gaul dalam KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan kok. Beberapa bulan lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Dari istilah nih ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh Hebat kan mereka bisa menemukan siapa saja orang pertama yang menciptakan/menggunakan atau memopulerkan istilah-istilah tersebut. Nah, kita masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-istilah baru untuk dicantumkan dalam KBBI.

GARING :
Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak lucu”. Awalnya kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.

AKIKA :
Merupakan sandi untuk mengatakan “Saya”. Kata ini pertama kali dipopulerkan oleh kaum waria di tahun 90an, yang dibakukan oleh Debby Sahertian dalam buku Kamus Gaul yang dibuatnya.

BONYOK :
Kata ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas siapa yang mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan diperiode awal 2000an, ketika bahasa sms mulai populer di kalangan remaja.
Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang telah populer sejak tahun 80an dan masih digunakan hingga hari ini.

KOOL :
Sekilas cara membacanya sama dengan “cool” (keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay

BONEK :
Singkatan dari kata Bondo Nekat yang berarti orang nekat yang gak bermodal apapun selain kemauan. Kata ini dipopulerkan oleh suporter Tim Sepakbola Persebaya – Surabaya di tahun 90an dan menjadi sebutan “kebanggaan” mereka. Saat ini, kata ini juga digunakan untuk orang-orang nekat yang gak kenal rasa takut.

YUK :
Kata yang merupakan bentuk ajakan ini dipopulerkan oleh Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan (anggota grup GSP). Kata ini sempat populer di awal tahun 90an dan sering digunakan oleh Lenong Rumpi. Di awal tahun 2000an, kata ini kembali populer sejak digunakan oleh Indra Birowo dan Tora Sudiro di acara Exravaganza. Karena sering digunakan saat mereka berperan sebagai bencong, maka kata ini identik dengan panggilan kaum waria / bencong.

JAIM :
Ucapan Jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs.Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku, pada suatu hari Pak Pur, begitu ia sering dipanggil, berpidato di hadapan anak buahnya untuk Jaim, inilah kutipan kata-katanya saudara-saudara sebagai pegawai negeri kita harus Jaim, apa itu Jaim Jaim itu yah?? Jaga Imej itulah awal kata-kata Jaim itu populer, kemudian seorang anak buah Pak Pur, Bapak Dharmawan Sutanto, yang
punya anak bernama Santi Indraswara, pernah memarahi Santi untuk gak terlalu ngumbar sama temen-temen cowoknya. San, kamu kalo jadi cewek harus Jaim..!!!! Santi bengong dengan muka penasarannya dia bertanya Pa...Jaim itu apa? Pak Dhar langsung keluar kamar Santi sambil ngomong Jaim itu Jaga Imej. Santi yang masih bengong hanya mengucapkan ooooh. Hari seninnya, Santi pas upacara bendera dia ditugaskan jadi pembaca UUD 1945, diakhir kata dia gak sengaja ngucapin Jaim doooong. Kepala Sekolahnya langsung menoleh ke Santi dan bertanya ke Santi apa itu Jaim, Santi dengan santai jawab Jaga Imej Pak eh Kepala Sekolah dengan muka bingung juga hanya mengucapkan Ooohh.

MOGE :
Awalnya kata ini merupakan singkatan dari Motor Gede dan dipopulerkan oleh kelompok penyuka motor gede tahun 2008 silam. Namun belakangan, kata itu diplesetkan banyak orang menjadi Motor Gelo yang ditujukan pada orang-orag norak yang suka bikin rusuh, mau menang sendiri, dan bikin muak banyak orang.

AJIB :
Artinya Enak, Asyik, atau Klabing. Kata ini mulai populer di tahun 90an tatkala musik trance dan narkoba jenis shabu-shabu 3baru mulai populer. Kata ini biasanya digunakan oleh para penikmat kedua hal itu. Istilah ini diambil dari suara hentakan tempo musik trance yang kalo didengar dengar teliti memang terdengar seperti “Ajib, ajib…. ajib, ajib….”.

CING :
Saya mensinyalir kata ini sudah sering digunakan sejak tahun 1970an. Hal ini diketahui ketahui saat kita menonton film Si Pitung Banteng Betawi yang dibintangi oleh (alm) Dicky Zulkarnaen. Belakangan, di tahun 90an, kata ini mulai sering digunakan orang lagi, terutama setelah sering digunakan Debby Sahertian di sitkom Lenong Rumpi. Kata “cing” biasa digunakan sebagai sapaan untuk teman dekat. Misalnya, “Mau ke mana, Cing?”

ALAY :
Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.

EMBER :
Kata ini merupakan plesetan dari kata “Memang Begitu”. Pertama kali dipopulerkan oleh Titi DJ yang secara tidak sengaja menyebut kata ini saat menjawab pertanyaan orang. Sejak itu, kata ini sering digunakan di berbagai kesempatan.

BEGICHU / BEGICYU :
Biasanya kata ini disebutkan dengan penekanan di bagian belakang (yaitu memonyongkan bibir). Kata ini sendiri digunakan secara tidak sengaja oleh seorang anak kecil bernama Saipuddin, 3 tahun, asal Madura. Kata ini kemudian banyak dipopulerkan oleh artis. Salah satunya adalah Titi DJ.

KRIK :
Adalah suara jankrik. Istilah ini biasaya digunakan dalam pembicaraan di dunia maya, untuk menggambarkan kondisi yang sangat garing / tidak lucu. Kata ini berasal dari adegan film-film kartun yang sering menampilkan suasana hening - dengan latar belakang suara jengkrik - mana kala seseorang bercanda namun tidak lucu. Pemakaiannya cukup sederhana, yaitu saat menanggapi komentar / ucapan seseorang, penulis tinggal menulis kata "Krik" berulang-ulang, menandakan bahwa penulis menganggap ucapan orang itu gak lucu banget.

LO / LU :
Sama seperti "Gue" kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut "Anda / Kamu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar